(Disarikan dari materi diskusi parenting “Cegah Pornografi,
Selamatkan Generasi Emas Indonesia” oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, di Rumah
Parenting YKBH, 5 November 2015)
Generasi BLAST (Bored, Lonely,
Angry, Stress, Tired) merupakan sasaran bagi kaum perusak. Mereka sangat mudah
bersentuhan dengan pornografi, pacaran, narkoba, miras, merokok, masturbasi,
LGBT dan seks bebas.
Menurut data dari berita online yang
dihimpun oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, selama 2014, setidaknya ada 909 kasus
yang berkaitan dengan pornografi, 340 kasus diantaranya adalah kasus perkosaan.
Ironisnya, gambaran usia pelaku berada di usia produktif; 11-20 tahun!
Untuk menguatkan data tersebut, pada
2014, YKBH pernah melakukan penelitian dengan responden siswa SD kelas 4-6
sebanyak 2.227 anak. Hasilnya, 92% anak pernah mengakses pornografi baik lewat
internet maupun tayangan TV dan games. Mereka melihatnya di rumah sebanyak 52%,
sisanya di warnet dan rumah teman.
Apa yang Terjadi Jika Anak Kecanduan Pornografi?
Salah satu bagian dari otak kita
bernama Prefrontal Cortex (PFC). Bagian ini berfungsi untuk berkonsentrasi,
mengendalikan diri, merencanakan sebagai pusat masa depan. Begitu pentingnya
PFC namun ia mudah mengalami kerusakan, salah satunya karena NAPZA dan
Narkolema (Narkotika lewat mata).
Memang, pada awal anak mengakses
pornografi, timbul perasaan jijik, namun sesudahnya, khususnya bagi anak-anak
BLAST, mereka akan tertarik dan timbul perasaan senang. Otak lalu akan
menyimpan bahawa kegiatan ini membuat senang dan ketika kita membutuhkan rasa
senang, otak akan menyuruh untuk mengonsumsinya lagi.
Bagi anak yang kecanduan
pornografi, mudah melakukan kegiatan perilaku seks tidak sehat, seperti
masturbasi, oral seks, hubungan sejenis, gonta-ganti pasangan dan memperkosa.
Ketika PFC rusak karena anak
kecanduan pornografi, inilah yang terjadi:
- Menurunnya fungsi otak karena terjadi penyempitan korteks
- Sulit untuk berkonstrasi, memahami benar dan salah, membuat keputusan, mengendalikan diri untuk menunda kepuasan.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai orangtua?
- Perkuat iman kepada Allah Swt.
- Tingkatkan komunikasi antara orangtua dan anak. Biarkan anak untuk berpikir, memilih dan beri ruang bagi anak untuk membuat keputusan.
- Hidup sehat dengan olahrafa
- Gunakan gadget/internet dengan bijak.
Terkait dengan
games, orangtua perlu mengenal games yang sering dimainkan anak dan lihatlah
keamannya. Di media sosial, ajarkan anak untuk tidak memasang foto pribadi,
mencantumkan alamat dan no telpon, menulis status tentang suasana hati yang negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar