Minggu, 15 September 2013

Tetap Berjuang Hingga Detik Deadline Terakhir

                 Biasanya saya selalu mencatat semua jadwal di kalender; deadline naskah, pekerjaan, meeting,  termasuk jadwal kegiatan anak-anak; ulangan, kegiatan khusus di sekolah, dan khusus Wafa, deadline tulisan untu lomba atau naskah yang harus dikirim ke penerbit. 
                Tapi, entah kenapa, saya lupa mencatat di kalender hari terakhir pengumpulan naskah yang akan diseleksi untuk mengikuti Konferensi Anak Indonesia 2013. Di hari terakhir pengumpulan naskah, Wafa tiba-tiba mengingatkan saya!
                “Nun, sekarang kan hari terakhir ngirimin naskah untuk konferensi anak?”
           saya lalu mengecek pengumuman yang kurang lebih sebulan lalu kami gunting dari harian Kompas.
                “Wah, iya, Kak. Maaf ya, Unun lupa kasih tanggal di kalender,”
                “Aku udah buat kok tulisannya,” Wafa langsung mengambil laptopnya.
                Ok, mumpung masih pagi, tulisan bisa segera diprint, ke sekolah minta tanda tangan dan cap sekolah …
                Sekolah …
                Aduh, anak-anak kan sudah libur sekolah. Jangan-jangan sekolah juga sudah libur! Saya mulai nggak tega melihat Wafa yang mulai mencari file naskah. Namun, mengingat ini hari pertama anak-anak libur, kemungkinan sekolah belum libur.
                Saya baru saja ingin menghubungi sekolah, ketika Wafa memanggil saya dengan suara agak panik.
                “Nuuun, file-nya kok nggak ada?”
                “Kakak simpen di folder apa waktu itu?”
                “Di folder yang buat lomba,”
                “Coba dicari lagi lebih teliti.”
Kami mencari lagi di setiap folder tapi nihil.
“Nggak ada, Nun. Jangan-jangan lupa aku simpen,“ Wafa mulai sedih.
Pheew. 
“Kalau Kakak ikhlasin aja, gimana?” usul saya mengingat hari itu hari terakhir pengumpulan naskah. Kalaupun file-nya ada dan sekolah belum libur, naskah itu harus diantar sendiri ke Majalah Bobo, sementara hari itu hari kerja…
“Aku bisa ketik ulang, kok. Aku masih inget apa yang aku tulis,” kata Wafa memelas.
“Ayah bisa anter?”
“Yaa, demi anak…” kata suami saya, sok cool. Ih!
“Ok, kalau sekolah belum libur, Kakak masih bisa ikut. Tapi kalau udah libur, Kakak ikhlasin aja, ya. “
Saya lalu menghubungi Wakasek. Dan, …
“Kak, sekolah belum libur. Kakak fokus selesain tulisannya, ya. Sejam bisa?”
“Bisa!” kata Wafa yakin.
“Kakak udah ketularan virus Be BOP Unun,” kata suami saya.
Alhamdulillah, hari itu, naskah dan berkas yang diperlukan berhasil sampai di Majalah Bobo dengan selamat. Dan ketika minggu lalu Majalah Bobo menghubungi dan mengabari kalau Wafa terpilih sebagai delegasi untuk mengikuti Konferensi Anak Indonesia, saya cuma bisa bilang, Alhamdulillah. Tetap semangat hingga detik deadline terakhir. Kalau bukan Wafa yang yakin dan ngotot mau ikut, kalau suami tidak bisa mengantar, kalau sekolah tidak mendukung, Wafa tidak mungkin bisa ikut.

Be BOP: Believe. Optimist. Positive. J