Rabu, 26 Februari 2014

Tantangan Membuat Iklan untuk Kementerian (Bag.1 )

Mengerjakan iklan layanan masyarakat atau kegiatan komunikasi lain untuk kementerian atau yang berkaitan dengan kementerian memang ada tantangan sendiri.

Pertama, masalah waktu. Seringkali kami dihadapkan pada deadline yang sangat ketat, sementara untuk mendapatkan approval kami harus melewati banyak pintu, karena pada akhirnya, harus mendapatkan approval dari menteri. Pernah, suatu waktu, kami sudah harus mengirimkan materi iklan ke sebuah stasiun TV, sementara masih belum mendapat approval.

Sungguh tidak mudah menjadi orang yang berada di tengah; antara klien dan media. Akhirnya, dengan meminta izin kepada Kabiro Humas kementerian yang bersangkutan, saya memberanikan diri untuk berbicara langsung kepada sesmen agar segera mengambil keputusan; apakah sudah boleh ditayangkan atau tidak.

Soalnya, setiap media memiliki kebijakan sendiri, kapan materi harus mereka peroleh agar sesuai dengan jadwal tayang yang kita pinta. Jika materi terlambat diterima tentu akan berpengaruh pada waktu tayangnya.
Syukurlah, dengan nego pihak sana, nego pihak sini, akhirnya urusan tersebut bisa diselesaikan.


Bagian kedua dan seterusnya, .... Dilanjutkan nanti ya. 

Kamis, 06 Februari 2014

Ketidakjujuran Bernama Titip Absen

“Eh, gue titip absen, ya.”

Kalimat ini biasa kita dengar dari mahasiswa, terutama di kampus-kampus yang masih memberlakukan absen manual; tandatangan di daftar hadir.   

Entahlah. Mungkin buat orang lain, titip absen adalah sesuatu yang lumrah, biasa. Tapi buat saya, titip absen tetap merupakan sebuah ketidakjujuran.

Mungkin, ada teman yang berpendapat, “gue kan kerja. Wajar dong kalau gue nggak masuk dan titip absen. Kalau keseringan nggak masuk, nanti nilai nggak keluar.”

Well, tidak masuk kuliah karena ada pekerjaan tentu wajar. Tapi solusinya bukan titip absen. Buat saya, kuliah sambil bekerja memiliki konsekuensi yang sudah harus dicari solusinya sejak awal. Kalau memang pekerjaan kita benar-benar banyak ke luar kota atau sampai malam, bukankah ada kampus yang menyelenggarakan kelas Sabtu dan Minggu?

Kalaupun sesekali tidak masuk, langsung saja izin ke dosen.  Segala sesuatunya tentu bisa dibicarakan, asal dilakukan di muka. Jangan kebanyakan bolos, tidak memberi tahu, tapi ketika menjelang UAS, memohon pada dosen agar memberi keringanan.

Mungkin ini terdengar sepele. Titip absen doang. Nggak merugikan siapapun. Tapi rasanya, jika dari hal yang kecil, apalagi dilakukan di tempat kita menuntut ilmu, kita sudah melakukan hal yang tidak jujur, saya khawatir hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan untuk berlaku tidak jujur.


Semoga kita bisa terus saling memperbaiki diri. Khusus untuk soal absen, sebaiknya kampus saat ini sudah difasilitasi dengan absen online, bukan manual yang bisa dipalsukan oleh orang lain.