Rabu, 09 Oktober 2013

Ubi Ungu Dibuat Minuman? Bisa Kok!

Hari keempat, Rabu, 9 Oktober 2013, Konferensi Anak Indonesia 2013.

Di hari keempat Konfa 2013, para delegasi mengunjungi  Lab M-Brio dan melakukan eksperimen di laboratorium makanan. Setelah itu, mereka akan merumuskan poin-poin deklarasi konferensi, hasil pengamatan dan diskusi selama beberapa hari mengikuti pembekalan. Sementara kami, para pendamping, mengunjungi Rumah Sehat Intiyana di Terogong, Jakarta Selatan.

Di Rumah Sehat Intiyana, kita bisa memesan masakan rumah yang bahan-bahannya dipetik dari kebun sendiri dan dimasak tanpa menggunakan MSG atau bahan-bahan pengawet. Selain itu, ada tempat pijat dan refleksi.

Sambil menikmati jus, Mbak Ayu, pemilik Rumah Sehat Intiyana, kemudian berbagi pengetahun kepada kami salah satu resep minuman sehat yang terbuat dari ubi ungu. Kalau biasanya kita mengolah ubi ungu sebagai bahan makanan (kue, puding, atau sekadar dikukus), sekarang dikreasikan sebagai minuman bubble.

Cara membuatnya mudah. Sekitar 100 gram ubi ungu kukus dilumatkan, setelah halus, campur dengan sekitar 4 sendok tepung kanji. Uleni hingga kalis. Setelah itu, ambil sedikit adonan, pulung, ambil kurang lebih 1 cm lalu bulatkan sehingga membentuk bulatan sangat kecil (seperti bubble yang ada di minuman bubble tea). Sesudah itu, masukkan ke dalam air mendidih dan rebus hingga matang.

Nah, bubble ini bisa menjadi campuran minuman. Bisa dengan jus, atau seperti yang dicontohkan Mbak Ayu kemarin, dibuat menjadi strawberry pearl tea.

Selamat mencoba J

Yuk, Belajar Kyaraben

Hari kedua, 8 Oktober 2013, Konferensi Anak Indonesia 2013.

Hari ini, para delegasi akan bermain sambil belajar di Pasir Mukti, Bogor. Mereka akan belajar membajak sawah, menangkap ikan, menanam padi, meracik makanan dan melakukan kegiatan seru lainnya.  Sementara saya dan pendamping lainnya menuju ke Gedung Kompas Gramedia, tepatnya ke Tabloid Nova, untuk ... belajar kyaraben!Kyaraben berarti seni menghias bento (nasi dalam kotak). Seni ini berasal dari Jepang dan mulai booming di Jakarta, sekitar tujuh tahun lalu.

Sebelum belajar menghias, mentor kami yang cantik, Mbak Pristi, mengajarkan kami memasak tamago atau telur dadar gulung Jepang.  Ternyata, untuk membuat telur dadar yang padat, tidak berlubang dan halus ada caranya, lho. Selain pan berbentuk kotak, jangan banyak menggunakan minyak.

Mbak Pristi mencontohkan, setelah pan diolesi minyak (kalau Mbak Pristi menggunakan minyak semprot) lap kembali pan dengan tisu makan. Lho, kok dilap? Nanti minyaknya hilang, dong. Jangan kuatir! Menurut Mbak Pristi pan anti lengket bisa menyimpan minyak sehingga nantinya telur tidak berminyak, padat, dan bertekstur lembut.

Cara menggulungnya juga unik. Setelah kurang lebih memasukkan dua sampai tiga centong telur yang sudah dikocok, gulung perlahan dengan sodet khusus pan anti lengket yang kecil. Setelah jadi satu gulungan, biarkan di atas pan. Lalu tambahkan lagi adonan berikutnya. Kalau sudah bisa digulung, gabungkan dengan gulungan sebelumnya. Begitu seterusnya sampai adonan habis.

Kalau tamago mau ditambahkan bahan makanan lain, seperti kornet, sosis, abon, bisa saja. Kalau berbentuk kering, taburkan setelah telur hampir matang. Tapi kalau berbentuk cair (misalnya mau diberikan pewarna makanan), campurkan ke telur yang sudah dikocok.

Nah, setelah tamago jadi, kami pun belajar kyaraben. Saya kebagian menghias nasi supaya berbentuk ayam. Caranya, dengan menggunakan plastik wrap, nasi dikepal-kepal sampai padat dan bulat, lalu gepengkan. Masukkan ke kotak makan yang memiliki tiga sekat (contohnya, seperti yang dimiliki Tupperware). Jangan lupa untuk mengalasinya dengan daun selada. 

Menurut Mbak Pristi, untuk menghias nasi kotak, bahan-bahan yang wajib ada adalah daun selada, wortel, brocoli atau buncis, supaya warnanya cantik. Untuk mata, bisa menggunakan nori. Paruhnya, bisa menggunakan wortel. Jambulnya bisa dikasih potongan sosis goreng. Selebihnya, bisa dikreasikan sendiri. Untuk merekatkan, bisa menggunakan spageti kering. Jangan takut menggunakannya karena nanti akan lunak sendiri.


Peralatan yang digunakan untuk kyaraben sebetulnya tidak banyak. Cuma puncher (untuk membentuk nori) dan cetakan pelastik untuk membentuk sayur yang sudah dikukus (misalnya wortel yang mau dibentuk bunga). Namun, untuk menghasilkan kreasi yang banyak, ibu harus berani mencoba dan berimajinasi J

Selasa, 08 Oktober 2013

Anak Pendek, Mungkin Kekurangan Gizi


Banyak orang tua mengira kalau anak pendek dikarenakan faktor genetik. Sebenarnya, tidak demikian. Memang, faktor genetik juga memengaruhi namun porsinya tidak banyak. Yang paling memengaruhi tinggi badan anak adalah kecukupan gizinya. Jika gizinya baik, meski orang tuanya pendek, anak juga bisa tinggi. Hal tersebut disampaikan DR. Dr. Yustina Arie, M.Sc, SpGK, saat berdiskusi dengan para pendamping delegasi Konferensi Anak Indonesia 2013, di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta (7/10).

Untuk anak usia 10-12 tahun, berat yang ideal sekitar 37 Kg dengan tinggi sekitar 145 Cm, membutuhkan energi sekitar 2050 Kal. Semakin bertambah usia, tinggi dan beratnya pun semakin bertambah. Untuk laki-laki pertumbuhan badan akan berhenti di usia 21 tahun dan untuk perempuan akan berhenti di usia 18 tahun. Oleh sebab itu, untuk mendukung pertumbuhan anak agar optimal, Yustina mengharuskan orang tua agar peduli pada gizi anak, terlebih di seribu hari kehidupannya.

“Kalau ada anak yang tidak suka sayur dan buah, kemungkinan besar, saat usia di atas enam bulan, orang tua tidak mengenalkan sayur dan buah di MP-ASInya,” jelasnya.



BPOM: 44% Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Tidak Memenuhi Syarat

Pada 2010, BPOM melakukan survey terhadap beberapa sekolah di Jabodetabek. Hasilnya,sekitar 44% pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang sebagian besar terdapat di kantin sekolah tidak memenuhi syarat. Hal tersebut disampaikan A.A. Nyoman Mertanegara, Kasubdit Promosi Kemanan Pangan, BPOM, saat membuka Konferensi Anak Indonesia 2013, di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta (7/10).

Padahal, kantin sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak untuk membeli makanan. Terlebih menurut survey tersebut, 48% anak-anak mengaku sering atau selalu jajan di sekolah. Hanya 51% yang menjawab kadang-kadang dan 1% mengaku tidak pernah jajan.

Untuk itu, Nyoman meminta pihak sekolah untuk memerhatikan makanan yang dijual, tidak hanya di kantin namun di sekitar sekolah. Ia menjelaskan, beberapa masalah pangan yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan guru, adalah pe ggunaan pewarna tekstil pada jajanan tersebut.

“Kalau makanan berwarna terlalu terang, ini bisa jadi menggunakan pewarna tekstil. Jangan dimakan,” jelasnya.

Selain pewarna tekstil, anak-anak juga perlu mewaspadai benda-benda asing yang ada di makanan, misalnya, staples dan rambut. Jika menemukan rambut di dalam makanan, tidak hanya rambutnya saja yang perlu dibuang, tapi seluruh makanan tersebut juga harus dibuang.

Sekolah Harus Peduli

Dalam sesi diskusi dengan pendamping delegasi Konfa 2013, Nyoman juga meminta pihak sekolah untuk lebih tegas pada pedagang yang menjual makanan di sekitar lingkungan sekolah.
“Kepala sekolah bisa meminta bantuan dari dinas kesehatan untuk mendata pedagang-pedagang yang berjualan di luar sekolah,” katanya.  

Tips Makan Sehat dari BPOM:
Untuk makanan dalam kemasan:
  • Cek label di kemasan. Beli produk yang sudah mendaftar di BPOM. Untuk makanan dalam negeri, dengan kode MD, sedangkan untuk makanan luar negeri dengan kode ML diikuti 12 nomor di belakangnya.
  • Cek tanggal kadaluarsa
Untuk makanan yang dimasak:
  • Lihat warna dan fisiknya
  • Untuk masakan yang mengandung DUIT (daging, unggas, dan telur), jika sudah dimasak lebih dari dua jam, harus dihangatkan lagi.
  • Untuk sayur, masak jika ingin dikonsumsi.

Jika ada yang ingin menyampaikan saran, keluhan dan pertanyaan, dapat mengirimkan email ke:

bpom_jakarta@pom.go.id (Khusus BPOM Jakarta)

Senin, 07 Oktober 2013

Konfa 2013: Makanan Sehat Untukku

Hari Pertama. Konferensi Anak Indonesia 2013. 6 Oktober 2013.

Selamat datang di Konferensi Anak Indonesia 2013!!

Alhamdulillah, dari sekitar 2560 tulisan yang masuk ke redaksi Majalah Bobo, tulisan puteriku, Wafa Auliya Insan Gaib, lolos seleksi. Artinya, Wafa berhak untuk mengikuti Konferensi Anak Indonesia 2013. Yeaay! (Selengkapnya tentang Konferensi Anak Indonesia 2013, bisa dibca di http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Info-Bobo/Pembukaan-Konferensi-Anak-2013)

Sesuai dengan tema Konfa 2013, tentang Makanan Sehat Untukku, Wafa dan 35 delegasi lainnya diminta untuk membawa makanan daerah masing-masing. Berhubung Wafa mewakili Bekasi, Jawa Barat, maka ia membawa Pecak Bandeng dan Kue Kembang Goyang.

Minggu pagi, sebelum berangkat, Wafa dan Eyang sibuk membuat Pecak Bandeng (Tuh, kan jadi ketahuan kalau bukan saya yang memasak Pecak Bandengnya hehehe). Setelah semua rapi, kami berangkat ke tempat Wafa dan seluruh delegasi menginap selama Konfa 2013.

Setibanya di sana, sebagian delegasi sudah hadir. Ada yang dari Papua, Banjarnegara, Solo, dan teman-teman dari Jabodetabek. Sebagian lagi, masih dijemput dari bandara.  Makanan daerah yang mereka bawa, buanyak banget, lho. Apalagi delegasi dari Toraja.

“Saya sengaja diminta Pak Bupati untuk membawa banyak makanan daerah supaya orang Jakarta tahu makanan khas kami,” kata pendamping dari Toraja.

Wah, rupanya, delegasi dari daerah, didukung penuh oleh para bupatinya, lho. Bahkan delegasi dari Bojonegoro, mendapat beasiswa dari bupati karena berhasil mengikuti Konfa 2013!

Para delegasi yang sudah datang lalu diminta berfoto dengan makanan khas dari daerah mereka dan mempersiapkan diri untuk mengikuti latihan untuk acara pembukaan besok. Sementara saya dan para pendamping lainnya, berangkat menuju Hotel Amaris. Ya, meskipun kami pendamping, tapi para delegasi tidak boleh ditemani.

“Supaya anak belajar mandiri,” begitu kata kakak panitia.

Oke deh, selamat berkonferensi, anak-anak Indonesia.