Mau kuliah tapi uang
kurang? Saya pernah mengalaminya.
Tahun 2010. Saya ingin sekali kuliah lagi. Tapi, sebagai ibu dari dua
puteri dan sedang merintis usaha sendiri, jujur, berat. Apalagi kalau saya kuliah di UI, yang SPP per
semesternya, lumayan. Saya bimbang dan lama menimbang-nimbang, apakah uang yang
kami miliki akan digunakan untuk mengembangkan usaha atau kuliah lagi. Keduanya
sama penting. Digunakan untuk mengembangkan usaha, bermanfaat. Kuliah lagi juga
bermanfaat untuk masa depan saya. Apalagi saat itu saya sudah menjadi dosen. Rasanya
lebih mantap jika menjadi dosen tidak hanya berbekal pengalaman kerja tapi juga
memiliki ilmu yang didapat dari jalur formal.
Saat itu, saya berpikir, apakah dengan uang sekian, lebih baik
mengembangkan usaha dulu, atau kuliah dulu? Akhirnya, saya putuskan untuk tetap
mengikuti tes di UI. Saya bilang sama Allah, “kalau baik untuk saya kuliah lagi
saat ini, terimalah di UI. Kalau nggak, nggak usah diterima.”
Waktu pengumuman tiba. Saya takut-takut mau cek di situs UI. Tapi akhirnya
saya lihat juga. Saya masukkan username dan password tapi belum ada pengumuman.
Sampai menjelang siang masih begitu. Saya pikir, ya sudahlah, mungkin memang
nggak diterima. Siang harinya, tiba-tiba suami dan anak-anak menyiram saya
pakai air.
“Selamat ya, mahasiswi UI ...”
Tahun 2011. Saya menjadi mahasiswi Pascasarjana UI. Saya dan suami mulai
membagi uang yang dialokasikan untuk pendidikan dan usaha itu, menjadi dua
bagian. Otomatis, biaya untuk kuliah semakin berkurang. Kalau saya tidak salah
ingat, dengan asumsi saya kuliah 4 semester (2 tahun) biaya kuliah yang perlu
disiapkan, masih kurang 1 semester. FYI, kuliah di UI waktu itu, per
semesternya sekitar 13 juta.
“Bismillah,” kata suami saya.
Saya pun menikmati masa-masa menjadi mahasiswi. Sebagai orang yang tadinya
karyawati, per bulan dapat gaji, kemudian bekerja mandiri, menjadi konsultan
komunikasi lepas, hal ini tentu bukan hal mudah. Saya harus giat membangun jaringan,
mencari project sendiri, dan harus bisa memilah keuangan dengan cermat. Mana
untuk pengeluaran harian, tabungan anak-anak, pendidikan saya dan sebagainya. Apalagi,
harga buku-buku yang diperlukan saat kuliah juga lumayan.
Namun, kami meyakini, selalu ada Allah yang akan membantu. Bukankah Allah
senang dengan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam berusaha?
Alhamdulillah, saya bisa membayar biaya kuliah dengan lancar dan lulus
tepat 4 semester. Soalnya kalau molor, uangnya nggak ada hehehe... (ternyata
cepat tidaknya lulus seorang mahasiswa, salah satunya, dikarenakan faktor mahalnya
bayaran SPP ... hehehe)
Jadi, kalau saat ini, ada yang mau nikah, kuliah lagi, tabungan masih
sedikit, jangan khawatir. Ada Allah. Allah yang akan membantu. Asal
sungguh-sungguh, yakin, berdoa dan berusaha. Tapi, perencanaan tetap harus ada.
Selamat berjuang J
Bener banget mba april, biar Allah yg urus semua. Insya Allah, pasti semua kebutuhan kita dipenuhin. Aku juga tulang punggung keluarga, rada bimbang waktu awal, tp aku bilang sm Allah, mohon sediain uangnya untuk bayaran kuliah tiap semester. Alhamdulillah, Allah ga tuli dan Maha Mengerti, selesai dengan selamat smp lempar toga d depan balairung.
BalasHapus