Hasil dari survey yang dilakukan terhadap 1137
respoden tersebut memperlihatkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap
pemanasan global dan perubahan iklim baru sekitar 57%. Bahkan masih ada
responden yang beranggapan bahwa perubahan iklim terkait dengan gedung berkaca.
Mungkin, kata-kata efek rumah kaca diterjemahkan sebagai gedung berkaca.
Hal menarik lain yang saya cermati dari workshop
ini adalah hasil dari dialog interaktif yang memberi gambaran masih kurangnya
kesadaran pelajar untuk berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim.
Saya memang belum banyak mengamati program-program
DNPI untuk remaja tapi bisa jadi, kurangnya sosialisasi menjadi salah satu
penyebabnya. Dilihat dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan remaja, sosialisasi untuk mereka memang tidak bisa dilakukan dengan PSA, terlebih hanya sekadar slogan. Namun, kegiatan yang memungkinkan mereka terlibat langsung kemudian mempromosikan apa yang sudah mereka lakukan
di social media. Misalnya dengan mengadakan sebuah kompetisi, yang
hasil kerja mereka bisa diupload di Youtube, kemudian mereka share melalui FB,
Twitter dan media sosial lainnya. Atau, bisa juga dengan mengundang mereka
untuk menulis di blog masing-masing.
Terakhir, ada satu hal penting yang perlu menjadi
catatan untuk mereka yang berniat mencalonkan diri di 2014 nanti. Menurut
survey ini, keinginanan masyarakat untuk memilih pemimpin masa depan yang
peduli dan berkomitmen terhadap perubahan iklim sangat tinggi, yakni sekitar
90%. Nah, siapa kira-kira calon pemimpin yang peduli dengan perubahan iklim ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar