Ayah-Bunda, saat ini banyak ya,
lomba-lomba yang berkaitan dengan bercerita, baik dalam Bahasa Indonesia atau
Bahasa Inggris. Kedua puteri saya pun ikut. Menurut saya, lomba bercerita atau
mendongeng dapat mengasah kemampuan public speaking mereka, lho. Nah, untuk
Ayah-Bunda mau mengajarkan putera/i-nya ikut lomba ini, izinkan saya berbagi
apa yang biasa saya lakukan kepada mereka. Tentu, saya bukanlah pendongeng
profesional, jadi cara-cara ini masih harus banyak dikembangkan lagi.
Melatih artikulasi
Salah satu aspek penting dalam
bercerita/mendongeng adalah artikulasi. Untuk mengasahnya, kita dapat
membiasakan membacakan cerita untuk anak dengan pengucapan yang benar. Dengan
mendengarkan pengucapan yang benar, diharapkan anak juga termotivasi untuk
membacanya dengan benar.
Cara berikutnya, berlatih membaca
keras. Ketika dulu saya menjadi penyiar radio, kami dibiasakan untuk membaca
keras. Berbicara dengan lepas dan mengucapkan huruf-huruf vocal (a,I,u,e,o)
dengan mulut terbuka sehingga
huruf-huruf tersebut dapat terdengar dengan sangat jelas.
Dulu, puteri saya cenderung cadel
“s”. Ketika ada kata dengan huruf “s”, ia akan mengucapkannya seperti huruf
“tsa”. Untuk menguranginya, saya sering memintanya untuk mengucapkan kata-kata yang
memiliki banyak huruf “s”, seperti, susu Sasa . Jika ia mengucapkannya masih
belum jelas (masih terdengar seperti mengucap “tsa), saya akan memintanya
mengulang kata-kata tersebut dengan huruf yang jelas.
Intonasi
Ketika membaca
keras, ajarkan anak untuk membaca tanda baca dan menyesuaikan dengan nadanya.
Membedakan Suara
Ketika menceritakan sebuah
cerita, akan ada beberapa suara yang perlu dibedakan; narrator dan beberapa
tokoh. Nah, untuk suara tokoh, biasakan untuk membedakannya. Kalau tokohnya adalah
nenek belajarlah untuk menjadi seorang nenek. Tidak hanya suaranya tapi juga
gayanya. Atau, jika tokohnya adalah binatang, coba amati seperti apa sih
binatang yang sedang kita perankan. Misal, monyet yang jahil. Selain
menyisipkan suara ‘uu .. aa.. uu.. aa’, tingkah laku monyet yang senang
garuk-garuk kepala dan ketiak, perhatikan juga mimik wajah. Coba deh lihat di
cermin, apakah wajah kita sudah terlihat jahil?
Alat Peraga
Kak Heru, seorang pendongeng
nasional, kasih tips bagaimana memaksimalkan alat peraga untuk
bercerita/mendongeng.
“Kalau mau pakai alat peraga,
jangan tanggung-tanggung. Buat yang besar dan gunakan secara maksimal. Alat
peraga juga jangan sampai merepotkan ketika mendongeng,” katanya ketika menjadi
juri lomba mendongeng di Grand Indonesia, Oktober 2015 lalu.
Yang
perlu diperhatikan jika kita membuat cerita sendiri, kata Kak Heru, tokoh tidak
perlu banyak. Cukup 2-3 tokoh, yang penting dapat dibawakan dengan berbeda dan
maksimal.
Dan yang pasti, harus
sering-sering berlatih, ya. (apr)