Seminar Parenting Nabawiyah
“Mencetak Generasi Rabbani”
(Disarikan dari ceramah Ust.
Arifin Nugroho)
Bismillahirrohmaniirrohiim.
Ahad kemarin, 4 Agustus 2014,
saya mengikuti seminar parenting nabawiyah di SMPIT As Syifa Boarding School,
dengan pembicara, Ust. Arifin Nugroho. Temanya tentang mencetak generasi
rabbani.
Sebagai orangtua, siapa yang tak
mau memiliki anak-anak yang berakhlak baik, mencintai Allah Swt, dan
melaksanakan perintah-Nya? Apalagi, anak merupakan investasi akhirat. Anak bisa
membuat orangtua masuk syurga atau neraka. Kita tentu pernah mendengar nasihat
bahwa orangtua (meski di dunia rajin sholat dan beramal baik) bisa tertahan
masuk syurga karena anak-anaknya tidak ridho. Sebaliknya, orangtua yang amalan
baik selama di dunia kurang, dapat sedikit demi sedikit naik derajatnya dan
dikurangi siksa kuburnya karena doa dari anak.
Bagaimana doa seorang anak dapat
menyelamatkan orangtua di akhirat?
Ust. Arifin bercerita. Suatu hari
beliau membaca sebuah buku. Di dalam buku tersebut disebutkan, seorang anak
yang mendoakan orangtuanya lima kali dalam sehari termasuk anak “durhaka”.
Wah, kok bisa ya?
Beliau lalu menanyakan maksud
dari kalimat tersebut kepada seorang syekh.
Syekh: “Silakan Anda ucapkan doa
untuk orangtua”
Ust. Arifin membaca doa pendek
tersebut. Syekh memintanya mengulang hingga lima kali.
Syekh: “Apakah Anda lelah
mengucapkannya?”
Ust. Arifin: “Tidak”
Syekh: “Apakah perlu usaha keras
untuk mengucapkannya?”
UA : “Tidak”
Syekh: “Apakah perlu membayar
mahal?”
UA: “Tidak”
Artinya, mendoakan orangtua lima
kali sehari tidak cukup untuk membalas apa yang sudah diberikan dan dilakukan
oleh orangtua kita. Pengorbanan, kasih sayang yang mereka curahkan tidak cukup
dengan mendoakannya lima kali dalam sehari.
Namun, bagaimana jika ada anak
yang tidak terbiasa mendoakan orangtuanya? Bagaimana jika mereka tak paham
membimbing orangtuanya yang sedang menghadapi sakaratul maut? Bagaimana jika
anak-anak lebih dekat dengan dunia dan melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah?
Inilah pentingnya orangtua
menanamkan kecintaan anak pada Allah Swt. Porsi terbesar membangun karakter dan
pondasi keimanan ada pada orangtua. Sekalipun sudah menyekolahkan anak di
sekolah Islam bahkan pesantren sekalipun, orangtua tetap yang memiliki andil
paling besar.
Lalu, bagaimana menjadikan
anak-anak kita sebagai generasi rabbani?
Pertama, niat. Orangtua perlu
meniatkan dalam hati, mau seperti apa anak kita nanti. Kalau tujuannya hanya
bagus di dunia, itulah yang akan didapat.
Ust. Arifin menggambarkan, ada
orangtua yang mengikutkan anaknya dengan berbagai les; piano, bahasa asing,
balet, tapi lupa mengajarkan anaknya untuk membaca Al Qur’an dengan baik. Tentu
tidak salah untuk mengajarkan anak bahasa atau seni, namun jangan lupa
memberikan bekal akhirat untuk mereka.
Kalau orangtua meniatkan
anak-anaknya menjadi pejuang Islam, pengusaha muslim yang sukses dan
bermanfaat, atau dokter yang peduli pada masyarakat miskin, in syaa Allah bisa
menjadi kenyataan.
Kedua, memberi contoh.
Ust. Arifin memberi gambaran
bagaimana Rasululloh Saw secara nyata memberi contoh dalam beribadah kepada
Allah, begitu juga ketika beliau mencontohkan menjadi pempimpin yang sederhana.
“Jangan sampai kita meminta anak
sholat subuh tepat waktu, tapi orangtuanya sholat selalu kesiangan.” :D
Ketiga, kawal dengan doa.
Ada sebuah kisah yang diceritakan
kembali oleh Ust. Arifin yang membuat saya makin percaya dan yakin bahwa rizqi
dari Allah seringkali tidak bisa dipikir dengan logika.
Beliau bercerita tentang seorang
ibu penjual jamu yang memiliki 7 anak dan semuanya menjadi doktor. Empat
diantaranya lulusan luar negeri. Masya Allah. Dan, lucunya, ibu ini tidak tahu
kalau anaknya menjadi doktor. Yang ia tahu, anak-anaknya tidak selesai-selesai
sekolah :D
Ibu penjual jamu ini sempat
ditanya, apakah beliau kehabisan harta sepeninggal suaminya (suaminya meninggal
ketika ia mengandung anak terakhir), sehingga harus berjualan jamu.
Ibu itu menjawab, “suami saya
hanya meninggalkan bakul jamu dan botol-botolnya.”
Kalau dihitung dengan matematika
manusia, bagaimana mungkin seorang penjual jamu gendong di pasar bisa memiliki
7 anak dan semuanya doktor. Tapi itulah kuasa Allah.
Doa dan ikhtiar orangtua. Doa
yang ikhlas dari orangtua yang tidak habis untuk anak-anaknya ...
(Catatan: berhubung saya tidak
mencatat dan merekam perkataan Ust. Arifin, maka sebagian tulisan di atas, ada
yang menggunakan kata-kata saya sendiri. Masih banyak cerita dari Ust. Arifin
tapi karena keterbatasan daya ingat saya, hanya catatan ini yang dapat saya
tulis. Semoga bermanfaat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar