Minggu lalu mengantar anakku kembali ke As Syifa. Seperti biasa, tiap semester ada kajian parenting untuk
orangtua. Kali ini topiknya tentang
"Sinergi Orangtua dan Sekolah dalam Menyukseskan Program-program
Siswa" dengan pemateri Dr. Budi
Handrianto. Beliau dosen yang menekuni
bidang pendidikan, sekaligus orangtua
dengan pengalaman menyekolahkan anak di BS.
Saya tulis rangkumannya.
Semoga bermanfaat khususnya untuk
orangtua yang anaknya di pesantren/BS.
Ketika kita memasukkan anak-anak
ke pesantren atau boarding school, salah satunya karena keinginan agar mereka
menjadi anak-anak yang kuat. Kuat keimanannya, pemahaman Islam-nya sehingga
mampu menghadapi tantangan zaman.
".. Dan
hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan
yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara
dengan tutur kata yang benar. "(An-Nisa’: 9)
Dalam Islam, bapak adalah pemimpin dan bertanggung jawab
pada pendidikan anak. Sehingga jika anak belum melakukan apa yang diperintahkan
Allah, berilah contoh. Bangun pagi, sholat berjamaah di mesjid, baca Al Qur’an.
“Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah, terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At Tahrim:6)
Di dalam buku berjudul, “Tragedy
& Hope”, orang-orang Barat menyadari bahwa mereka hebat dalam menciptakan
anak yang pintar tetapi mereka menyadari belum tahu bagaimana menjadikan anak mandiri
dan bertanggungjawab.
Pendidikan dalam Islam, salah
satunya mengajarkan anak untuk mandiri dan bertanggungjawab.
Pendidikan menurut UU Sisdiknas
No 20/2003.
Menurut UU, tujuan pendidikan
nasional:
Mengembangkan peserta didik yang
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
Beriman berada di urutan pertama,
sehingga seharusnya, pendidikan haruslah melahirkan anak-anak yang beriman dan
berakhlak. Sayangnya, masih banyak diantara orangtua yang masih lebih
mementingkan nilai dibandingkan akhlak anak.
Sehingga...
Luruskan niat. Memasukkan anak ke BS (dalam hal ini As Syifa)
bukan supaya mudah masuk PT negeri seperti Unpad tetapi meningkatkan keimanan
dan ketakwaan.
Tujuan pendidikan menurut pakar:
- Menanamkan sikap adab kepada
anak didik disebut dengan ta'dib.
- To be a good man not to be a
good citizen. Menjadi orang baik lebih tinggi tingkatannya lebih tinggi.
Di Barat, boleh minum minuman
keras asal tidak mabuk. Sementara dalam
Islam, minum minuman keras, mau dimanapun, ganggu atau tidak ganggu orang lain, tetap haram. Karena tujuannya adalah
membentuk pribadi yang baik bukan sekadar warga negara yang baik.
Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladanan.
Stakeholder pendidikan:
- Orangtua
- Sekolah
- Masyarakat
Ketika di sebuah masyarakat,
misalnya, ada anak SMP merokok atau sering kumpul-kumpul hingga larut malam,
masyarakat sekitar harus ikut mengingatkan.
Terkait dengan eljibiti, jika
KUHP hanya menilai bahwa korban perkosaan hanya wanita, bagaimana dengan
laki-laki yang disodomi. Menurut data, 37% korban perkosaan adalah laki-laki.
Untuk itu, jagalah anak-anak, jangan sampai menjadi korban. Mereka yang pernah
menjadi korban, disodomi, dibully lalu dibantu, cenderung bisa terjadi SSA
(same sex attraction).
Sinergi Orangtua dan Sekolah
- Bunda asrama juga harus tahu
bagaimana perilaku tiap anak.
- Membuat kesepakatan dan
komitmen kedisiplinan antara sekolah dan rumah.
Sehingga tidak terjadi, di asrama
rajin sholat, di rumah sholat Subuhnya
telat.
- Sekolah sudah membuat aturan,
maka orangtua perlu mematuhinya.
Pola komunikasi
- Terkait penggunaan media sosial
oleh anak, tidak boleh ada password yang
tidak diketahui orangtua
- Jika diketahui anak
melanggar, misalnya membuka situs porno,
berikan punishment.
Jika terjadi penurunan kualitas
ibadah, apa yang perlu dilakukan?
- Komunikasikan dengan pihak
asrama dan sekolah. Jelaskan bahwa
sebelum masuk BS sering shaum sunnah tapi setelah masuk BS, kurang.
- Orangtua yang 'bawel' justru baik untuk sekolah, asal tidak berlebihan.
Catatan:
Ada beberapa yang menggunakan bahasa
saya sendiri. Jika terjadi kesalahan, kemungkinan besar sayalah yang salah
dalam menuliskannya kembali.