Jumat, 04 Januari 2013

Gado-gado Femina - Kualat


Hai, 

April 2012, saya pernah mengikuti lomba menulis untuk rubrik "Gado-Gado" di Majalah Femina. Alhamdulillah, tulisan saya tersebut masuk tiga besar. Tadinya saya pikir akan dimuat tapi ternyata nggak hihihi. Tapi hadiah kerennya sudah bikin saya seneng banget, kok. Nah, buat temen2 yang namanya ada di cerita ini, makasih banyak yaaa. 

Tulisan ini saya dedikasikan untuk sahabat kami, Almh. Mira. We miss you but know you're happy with the baby ... :) 



Lomba Menulis “Gado-Gado” Majalah Femina

“Kualat”
Aprilina Prastari


Jangan sampai, gara-gara SMS, suasana yang seharusnya mengharukan berubah jadi menggelikan.
           
            Sekadar saran saja. Kalau Anda memiliki beberapa teman dengan nama depan atau panggilan yang sama, jangan lupa untuk mencatat di phonebook handphone: nama lengkap, tempat kerja atau apapun yang bisa mengingatkan Anda pada dia. Jangan sampai, gara-gara SMS, suasana yang seharusnya mengharukan berubah jadi menggelikan.
Malam itu, saya dikejutkan berita, salah seorang mantan rekan kerja yang meninggal dunia karena kanker. Padahal setahun lalu, kami bertemu dan dia terlihat sehat. Bahkan beberapa bulan lalu, kami masih sempat telpon-telponan untuk sebuah pekerjaan. Yang lebih memilukan, dia masih muda, usianya lima tahun di bawah saya dan ia tengah mengandung anak pertamanya. Duh, sedih sekali mendengarnya.
            Dalam keadaan masih syok, saya lalu mengabarkan teman-teman yang pernah sekantor dengan almarhumah. Sebagian lewat bbm, sebagian lagi SMS. Segera saya ketik SMS duka dan mulai mencari nama teman-teman di phonebook.
            Tak berapa lama kemudian, sebuah SMS masuk. Dari Dedi. Hanya nama “Dedi” tanpa penjelasan lain. Entah kenapa, saat membaca nama Dedi di layar telepon, pikiran saya langsung teringat pada Dedi, account executive (AE) paling muda di kantor tempat kami bekerja dulu. Kami pun berbalas SMS.  
            Pril, udah tau kalo Mira meninggal?
            Iya, udah, Ded. Gue sedih banget. Padahal beberapa bulan lalu masih telpon-telponan.
            Iya, sedih banget, ya. Kapan sih dimakaminnya? Lo mau ngelayat?
            InsyaAllah dimakamin besok siang. Gue mungkin ngelayat besok pagi sebelum ngantor. Btw, kok Lo kenal Mira. Kenal di mana?
            Untuk beberapa saat SMS saya tidak dibalas. Lima belas menit kemudian, barulah Dedi membalasnya.
            Laaah, gimana sih. Masa baru berapa tahun nggak ketemu, lo lupa.
            Saya diam. Dedi yang ada di pikiran saya saat itu masih sama. Saya justru malah sibuk menduga-duga, di mana kira-kira Dedi bertemu dengan almarhumah Mira. Mungkinkah mereka pernah sekantor atau … ah, iya, mereka kan sama-sama AE. Bisa saja mereka bertemu di sebuah seminar. Tapi … akhirnya saya menyerah dan menjawab SMS:  
            Ini Dedi mana ya?
            Apriiill .. Masa lupa siiih … Ini gue, Dedi Uban!
            MasyaAllah! Pak Dedi? Maaaf …

            Wah, malunya! Ternyata SMS itu bukan dari Dedi yang saya kira. Saya memang memiliki dua teman bernama Dedi. Dua-duanya sama-sama orang Sunda dan bekerja di advertising agency. Bedanya, Dedi yang satu masih muda, sedangkan yang satu lagi, yang sekantor dengan saya dan almarhumah adalah Dedi yang sudah tua. Berhubung Pak Dedi ini sudah beruban, makanya,kami sekantor sering memanggilnya dengan Pak Dedi Uban. Pak Dedi memang lebih senang memakai kata gue dan elo dengan teman-teman sekerjanya, meskipun kami berbeda usia sangat jauh.  
            Dulu, waktu masih sekantor, kami memang akrab karena saya copywriter dan Pak Dedi adalah art director, jadi sebelum membuat iklan, kami (saya, Pak Dedi dan almarhumah Mira) sering brainstorming. Makanya, saya enggak enak banget. Apalagi sesudah itu, Pak Dedi, SMS lagi:
            Kualat Lo, Pril. Lupa sama babeh sendiri …

            Saya cuma bisa nyengir. Semoga almarhumah Mira juga ikut tersenyum di alam sana.


12 komentar:

  1. Ahahahaha,april najoooong...bikin gw ketawa :D

    BalasHapus
  2. bunda april, mantap bikin nyengirrrr....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naaa.... ya ampoon baru nyadar kalo ada komenmu ... Maap baru dibales. Hihihi iyaa... makasih ya udah mampir :)

      Hapus
  3. Mba april, salam kenal... oya kalau kirim ke rubrik gado gado difemina di badan email dikosongi atau bagaimana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, Mbak (panggilannya siapa ya, Mbak), salam kenal juga. Makasih ya udah kunjungin blog-ku. Aku kirimnya pakai attachment, Mbak. Di badan email biasanya perkenalan dan cerita sedikit tentang file yang kita kirim.
      Semoga menjawab ya, Mbak :)

      Hapus
  4. Mbak, pas kirim langsung disertakan surat pernyataan bahwa karya kita asli atau ntar setelah dapat konfirmasi dimuat pihak sono kirim formatnya ke kita?thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, selama ini saya tidak pernah diminta untuk membuat surat pernyataan. Yang penting dari kita sendiri berusaha menjaga kredibilitas sebagai penulis agar mengirimkan tulisan yang benar-benar karya kita :)

      Hapus
    2. Oo gitu,saya baca artikel yang lain katanya ada. Mungkin mereka udah percaya sama mbak ya. resepnya apa ya. yang lain juga karya sendiri tuh padahal. thanks, mbak. sukses selalu.

      Hapus
    3. Bisa juga karena ini untuk lomba. Tiap media kan punya kebijakan yang berbeda2. Misal, Kompas. Waktu itu ada salah satu cerpen anak saya yang dimuat di sana dan nggak diminta surat pernyataan. Seingat saya ya. Untuk lebih pastinya sih lebih baik hubungi Femina langsung saja :)

      Hapus
  5. wah, senyum2 aku Mbk. bagus ceritanya mbk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hola, Mbak. Makasih udah mampir. Makasiiih :)
      yuk yuk kirim ke Femina ..

      Hapus