Senin, 06 Januari 2014

Special Zuppa Soup

Siapa yang suka Zuppa Soup? Pasti banyak deh yang bilang, "akuuuu!"
Zuppa soup memang enak, ya. Cara buatnya juga mudah. Bunda sering membuatnya untuk Wafa dan Taman Hati. Nah, mungkin, ini yang membuat Wafa terinspirasi untuk menulis cerita tentang zuppa soup. 

Ceritanya, ada seorang Chef yang diminta oleh sebuah restoran terkenal untuk membuat zuppa soup unik. Namanya juga unik, jadi rasanya harus beda dari biasanya. Waduh, gimana ya caranya, agar Chef itu berhasil membuat zuppa soup dengan rasa yang beda?

Selain cerita itu, ada juga cerita tentang misteri bekal sekolah yang hilang, warung bakso misterius, dan pengalaman Wafa ketika ikut ayah ke stasiun radio, tempat ayah bekerja. Seperti apa ya serunya bekerja di radio? Apalagi kalau ada peristiwa penting?

Kumpulan cerita itu, ada di buku terbaru Wafa: Special Zuppa Soup, diterbitkan oleh Pastel Books, Mizan. 

Nah, kalau Ibu-ibu, Bapak-bapak, atau adik-adik ada yang ke Gramedia lalu lihat cover buku ini, jangan lupa beli yaa. 

Makasiiih :) 










Rabu, 01 Januari 2014

Allah yang Membayarkan SPP-mu

Mau kuliah tapi uang kurang? Saya pernah mengalaminya.

Tahun 2010. Saya ingin sekali kuliah lagi. Tapi, sebagai ibu dari dua puteri dan sedang merintis usaha sendiri, jujur, berat.  Apalagi kalau saya kuliah di UI, yang SPP per semesternya, lumayan. Saya bimbang dan lama menimbang-nimbang, apakah uang yang kami miliki akan digunakan untuk mengembangkan usaha atau kuliah lagi. Keduanya sama penting. Digunakan untuk mengembangkan usaha, bermanfaat. Kuliah lagi juga bermanfaat untuk masa depan saya. Apalagi saat itu saya sudah menjadi dosen. Rasanya lebih mantap jika menjadi dosen tidak hanya berbekal pengalaman kerja tapi juga memiliki ilmu yang didapat dari jalur formal.

Saat itu, saya berpikir, apakah dengan uang sekian, lebih baik mengembangkan usaha dulu, atau kuliah dulu? Akhirnya, saya putuskan untuk tetap mengikuti tes di UI. Saya bilang sama Allah, “kalau baik untuk saya kuliah lagi saat ini, terimalah di UI. Kalau nggak, nggak usah diterima.”

Waktu pengumuman tiba. Saya takut-takut mau cek di situs UI. Tapi akhirnya saya lihat juga. Saya masukkan username dan password tapi belum ada pengumuman. Sampai menjelang siang masih begitu. Saya pikir, ya sudahlah, mungkin memang nggak diterima. Siang harinya, tiba-tiba suami dan anak-anak menyiram saya pakai air.

“Selamat ya, mahasiswi UI ...”

Tahun 2011. Saya menjadi mahasiswi Pascasarjana UI. Saya dan suami mulai membagi uang yang dialokasikan untuk pendidikan dan usaha itu, menjadi dua bagian. Otomatis, biaya untuk kuliah semakin berkurang. Kalau saya tidak salah ingat, dengan asumsi saya kuliah 4 semester (2 tahun) biaya kuliah yang perlu disiapkan, masih kurang 1 semester. FYI, kuliah di UI waktu itu, per semesternya sekitar 13 juta.

“Bismillah,” kata suami saya.

Saya pun menikmati masa-masa menjadi mahasiswi. Sebagai orang yang tadinya karyawati, per bulan dapat gaji, kemudian bekerja mandiri, menjadi konsultan komunikasi lepas, hal ini tentu bukan hal mudah. Saya harus giat membangun jaringan, mencari project sendiri, dan harus bisa memilah keuangan dengan cermat. Mana untuk pengeluaran harian, tabungan anak-anak, pendidikan saya dan sebagainya. Apalagi, harga buku-buku yang diperlukan saat kuliah juga lumayan.

Namun, kami meyakini, selalu ada Allah yang akan membantu. Bukankah Allah senang dengan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh dalam berusaha?

Alhamdulillah, saya bisa membayar biaya kuliah dengan lancar dan lulus tepat 4 semester. Soalnya kalau molor, uangnya nggak ada hehehe... (ternyata cepat tidaknya lulus seorang mahasiswa, salah satunya, dikarenakan faktor mahalnya bayaran SPP ... hehehe)

Jadi, kalau saat ini, ada yang mau nikah, kuliah lagi, tabungan masih sedikit, jangan khawatir. Ada Allah. Allah yang akan membantu. Asal sungguh-sungguh, yakin, berdoa dan berusaha. Tapi, perencanaan tetap harus ada.


Selamat berjuang J