Sabtu, 11 Maret 2023

Tiga Rekomendasi Hotel di Yogyakarta


4 Maret 2023

Ke Yogya lagi… Yeaay!
Dari dulu, enggak pernah bosen sih kalau harus sering ke Yogya. Meskipun baru beberapa bulan lalu ke Yogya untuk suatu urusan, tapi Yogya memang ngangeniiin… 

Kali ini ke Yogya untuk memenuhi undangan dari Forum Lingkar Pena untuk menjadi pemateri perayaan miladnya yang ke-26. Acaranya tanggal 5 Maret 2023. Awalnya mau berangkat Sabtu malam jadi sampai Yogya, Minggu tanggal 5 pagi. Cuma berasa mepet banget nggak sih… meski jadwal aku kasih materi, sekitar pukul 13.00 WIB. 







Pikir-pikir, akhirnya aku berangkat Sabtu pagi naik kereta Arya Dwipangga. Berangkat sekitar pukul 08.50 dan sampai Yogya, pukul 15.00 WIB. Senang banget deh karena keretanya tepat waktu. Sampai di Yogya dijemput kakak-kakak panitia Milad FLP; Kak Rezha dan Kak Inel. Sebelum muter-muter Kota Yogya, cuss ke penginapan dulu. 

Nggak butuh waktu lama, sampai juga akhirnya di sekitar Universitas Gadjah Mada. Bayangan waktu dulu kuliah langsung menari-nari, nostalgia melihat tempat-tempat yang sudah banyak berubah. Sebagai bagian dari Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada) banggaaaa banget melihat kampus UGM seperti sekarang. Terlihat kokoh, tumbuh, modern. 





Sampailah kami di Wisma MM UGM yang akan jadi tempat penginapanku selama di Yogya (cuma 2 hari 1 malam sih hihihi…). Buatku yang bisa bekerja dari mana saja, Wisma MM UGM nyaman untuk bekerja karena kamarnya nyaman, besar dan tenang. Aku memang nggak terlalu banyak keliling karena waktu yang mepet tapi untuk mereka yang melakukan business trip, atau ada kegiatan di UGM (biasanya teman-teman dosen yang harus ikut konferensi, seminar dan sejenisnya), Wisma UGM tepat untuk menjadi pilihan. Di tiap lantai juga disediakan ruang tamu dan saat aku ke sana, bagian bawah dijadikan tempat untuk pernikahan. Kalau mau bawa keluarga, dengan anak dengan sewa hanya 1 kamar, Wisma MM UGM, bisa jadi pilihan karena kamar dan tempat tidurnya (versi deluxe), besar. 





Pagi harinya, mencicipi sarapan di area taman wisma. Sebetulnya cari menu khas Yogya tapi saat itu, menunya umum. Standar hotel dengan variasi cukup untuk sarapan. 




Sayangnya, waktuku di Wisma UGM nggak lama karena Minggu pagi sudah harus berangkat ke tempat acara, sekaligus check out, mengingat acara milad FLP, berlangsung hingga sore hari. 


Selain Wisma MM UGM, beberapa bulan lalu aku juga menginap di dua penginapan yang berbeda. 

Berhubung acara waktu itu di daerah Prawirotaman, jadilah kami menginap di Hotel Prawirotaman. Hotel ini tenang, sangat nyaman untuk kerja beberapa hari. Pagi hari, bisa renang, olah raga ringan, lalu menikmati menu sarapan yang variatif. Di sini juga banyak turis asing dan dikelilingi kafe atau tempat makan. Hanya saja, kafe dan resto di sekitar Prawirotaman lumayan mahal dan sayangnya enggak semua menu sebanding antara rasa dan harga hehehe... 




Nah, hotel ketiga yang menurutku bisa jadi pilihan, terutama untuk teman-teman yang hanya business trip 1-2 hari, adalah Hotel Unisi. Zaman aku kuliah di Yogya, tahun 1995, Unisi adalah stasiun radio, salah satu penyiarnya waktu itu, Mbak Yuyut (Yutia) temen sekos akuuu… jadi surprised sih waktu tahu Unisi sudah jadi hotel. Di Hotel Unisi ini, kamarnya memang kecil. Imu-imut banget lah tapi lokasinya persis di seberang stasiun Yogyakarta. Jadi semisal sampai stasiun dini hari atau malam (kalau naik pesawat), bisa langsung istirahat. Ke mana-mana juga enggak jauh dan dekat beberapa lokasi wisata. 




O iya, tahun lalu, waktu ke Yogya naik pesawat, dari Kulonprogo, aku naik kereta bandara ke Stasiun Yogya. Murah, keretanya enak, perjalanan dari Kulonprogo ke Yogya sekitar 1,5 jam. Selama perjalanan, bisa lihat pemandangan sawah. Pulangnya juga sama. Dari Stasiun Yogyakarta, kita tinggal beli tiket kereta bandara di area belakang stasiun. 





Yang jelas, selama di Yogya, ada berbagai macam penginapan yang bisa kita pilih sesuai budget dan kebutuhan. Meskipun dari sisi transportasi dalam kota, kayanya gojek dan sejenisnya masih jadi andalan ya. Aku enggak lagi lihat bus warna orange dengan nomor-nomor tertentu. Misal, Bus 04 kalau dari kampus UGM ke Malioboro, Bus 13 kalau mau ke kampus FISIP di Sekip. Becak juga cuma kulihat di sekitar Malioboro… 

Yah… banyak yang berubah dari Yogyakarta tapi buatku, inilah kota yang selalu aku kangenin… 









Senin, 20 Januari 2020

Mengenal Akupuntur Korea

Ketika saya mengalami haid berkepanjangan (Menorrhagia) pada Januari-Juli 2019, dua pengobatan alternatif yang saya lakukan selain minum herbal adalah terapi akunputur Korea dan sengat lebah.

Berbeda dengan akupuntur Tiongkok, kalau akupuntur Korea, jarumnya “hanya” di tangan dan tidak terlalu masuk ke dalam. Sakit? Hmm… justru kalau enggak sakit, sumbatannya sudah banyak. Kalau soal sakit, ya seperti ditusuk jarum pada umumnya. Dibilang sakit banget, enggak, cuma memang agak nyeri. Menurut terapisnya, kalau masih terasa nyeri, berarti penyakitnya belum terlalu parah. Hanya menurut saya, rasa khawatir akan jarumnya itu yang lebih menakutkan ketimbang rasa sakitnya sendiri. Apalagi emak-emak takut jarum seperti saya. Baru lihat jarum, tangan sudah keringetan huhuhu…

Nah, waktu perdarahan, saya harus diterapi seminggu dua kali. Hari pertama tangan kiri, hari kedua tangan kanan, begitu seterusnya. Bukan hanya di telapak tapi juga punggung tangan. Kurang lebih ada 50 jarum yang ditusukkan ke telapak dan punggung tangan. Malah, untuk penyakit seperti stroke, bisa sampai 100 jarum, lho.
Alhamdulillah, atas izin Allah, kurang lebih 6 kali diterapi, haid saya kembali normal, tentu dengan pengobatan lain yang juga saya lakukan.



Supaya istrinya nggak takut, Ayah ikut nemenin diakupuntur ... Horeee... 


Biaya dan Tempat

Nah, ini banyak ditanya sama teman-teman saya nih. Kalau saya, terapisnya saya panggil ke rumah.  Hingga saat ini, terapisnya tinggal di Bekasi dan sejauh ini bersedia datang ke daerah Bekasi, Jakarta Timur. Kalau jauh, biasanya melihat ada berapa banyak pasien yang harus diterapi di daerah sana. Biasanya, sekalian di satu kompleks A, biar nggak bolak balik. 
Saya kurang tahu apakah ada klinik akupuntur Korea yang bisa didatangi. Untuk biaya, relatif masih terjangkau, apalagi kalau dilihat dari efisiensinya karena kita enggak perlu antre di rumah sakit. Untuk pertama kali, saya diminta untuk membeli jarum baru yang akan dipakai selama saya diterapi. Kalau saya enggak salah harganya Rp100 ribu. Bisa dipakai berkali-kali.
Untuk terapinya sendiri, karena dipanggil ke rumah, tentu menyesuaikan jarak ya. Sekitar Rp175-250 ribu per orang per sekali datang tapi ini hanya harga perkiraan karena tergantung dari jarak dan penyakitnya juga. 

Ditunjang Sengat Lebah

Selesai akupuntur, ditutup dengan sengat lebah di bagian pergelangan kaki. Rasanyaaa… Agak sakit hihihi… Terasa panas tapi itu cuma terasa selama sekian menit. Habis itu biasa lagi. Herannya waktu Ibu kami disengat lebah, beliau enggak merasa sakit. Ternyata, kata Huzaefah, terapisnya, justru kalau enggak berasa sakit, penyumbatannya terlalu banyak. Dan benar lho, setelah disengat lebah dua kali, yang ketiga baru berasa. Duh, pantesan nih, Ibu suka pusing ya.


Tu dia lebahnya hehehe....


Penyakit Apa yang Bisa Dibantu?

Kalau dari obrolan saya sama terapisnya, bisa segala penyakitnya ya. Beberapa pasien yang mengalami stroke, setelah diterapi beberapa kali, menunjukkan kemajuan, ada juga yang lagi progam kehamilan.
Tentu semua kesembuhan datangnya dari Allah ya. Yang penting tetap ikhtiar, ikhlas dan pasrah dengan apapun yang Allah berikan pada kita.  


Semoga bermanfaat dan buat teman-teman yang sakit, semoga Allah sembuhkan.

Minggu, 19 Januari 2020

Enam Hal yang Saya Lakukan untuk Sembuh dari Haid Berlebihan



2019 menjadi salah satu tahun yang penuh pelajaran buat saya. Salah satunya, diuji Allah dengan haid berkepanjangan atau istilah kedokterannya menorrhagia.  Jadi kalau umumnya saya haid selama kurang lebih satu minggu, selama masa perdarahan ini, saya mengalami haid hingga 3 minggu. Bukan sekadar (maaf) keluar darah haid tapi gumpalan jeli dan sangat banyak. Bahkan pada awal-awal saya mengalami ini, saya harus mengganti pembalut tiap jam padahal itu pembalut yang panjangnya 42 CM. Kebayang ya banyaknya darah yang keluar. 

Sebetulnya sih, dibilang sakit, saya enggak merasakan sakit. Hanya keluar darah tanpa rasa nyeri. Pun, alhamdulillah enggak pusing atau lemas. Biasa saja. Saya masih bisa melakukan pekerjaan rumah, kerjaan kantor dengan baik. Paling mengganggu hubungan suami-istri ya hehehe… 
Selain itu, salat dengan kondisi seperti itu, kurang nyaman. Berasa enggak bersih. Atau, kalau meeting kelamaan, saya harus izin ke toilet untuk ganti pembalut. Selebihnya, enggak ada masalah. Cuma memang, setelah beberapa bulan, HB saya terjun bebas dan harus mengalami transfusi darah hingga 5 kantong!

Kondisi ini berawal pada Januari 2019, saya mengalami haid selama kurang lebih 2 minggu. Awalnya cuek. Mungkin kelelahan. Cuma karena sudah 2 minggu lebih enggak berhenti, akhirnya saya konsultasi ke dokter kandungan di rumah sakit di daerah Jakarta Timur. Waktu itu dokternya hanya bilang, ada penebalan dinding rahim. Saya disarankan untuk enggak makan banyak gorengan, banyak makan buah dan sayur, selain olah raga.

“Penebalan dinding rahim itu karena apa ya, Dok?” tanya saya waktu itu.
Dokternya pun enggak bisa jawab. Cuma menduga mungkin saya kurang olah raga. Terlebih karena selama ini, saya tidak pernah bermasalah saat haid. Alhamdulillah, setiap kali haid, selalu normal, tanpa nyeri dan teratur. 


Pulang dari dokter, dikasih obat penghenti perdarahan. Minum beberapa kali, berhenti, tapi beberapa hari kemudian (saya lupa berapa lama) perdarahan lagi.

Setelah diskusi sama suami, akhirnya saya pindah dokter dan rumah sakit. Terlebih karena saya melihat dokternya masih muda dan belum berpengalaman (maaf ya, Dok).

Saya lalu pindah berobat ke  rumah sakit di kawasan Cibubur. Awalnya saya mau konsultasi ke Dr Ovy, dokter kandungan saya dulu, cuma karena harus menunggu sebulan (karena saya pasien nonhamil) akhirnya cari dokter lain yang sama-sama sudah doktor.

Oleh beliau, jawabannya ternyata sama. Setelah USG, info yang saya dapat hanya penebalan dinding rahim dan ada polip di rahim. Saya juga enggak dikasih obat cuma disarankan banyak olah raga, banyak makanan berserat dan kurangi gorengan. Saya juga disarankan melakukan pap smear (HPV) jika dalam kondisi bersih. Masalahnya, darahnya belum berhenti-henti. Sekalipun keluar sedikit kan enggak bisa tes ya. 

Kondisi ini bikin saya bertanya-tanya. Kenapa enggak ada dokter yang bisa saklek kasih jawaban ada apa dengan saya. Jujur ya waktu itu saya sudah mulai malas ke dokter. Ditambah “penyakit” ini nggak dibayar asuransi kantor karena dinilai masuk ke dalam kategori penyakit hormonal.

Senin, 01 Januari 2018

Kenapa Menyekolahkan Anak di Boarding School?

Minggu lalu mengantar anakku kembali ke As Syifa.  Seperti biasa,  tiap semester ada kajian parenting untuk orangtua.  Kali ini topiknya tentang "Sinergi Orangtua dan Sekolah dalam Menyukseskan Program-program Siswa" dengan pemateri Dr.  Budi Handrianto.  Beliau dosen yang menekuni bidang pendidikan,  sekaligus orangtua dengan pengalaman menyekolahkan anak di BS. 
Saya tulis rangkumannya.
Semoga bermanfaat khususnya untuk orangtua yang anaknya di pesantren/BS.

Ketika kita memasukkan anak-anak ke pesantren atau boarding school, salah satunya karena keinginan agar mereka menjadi anak-anak yang kuat. Kuat keimanannya, pemahaman Islam-nya sehingga mampu menghadapi tantangan zaman.
"..  Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar. "(An-Nisa’: 9) 

Dalam Islam,  bapak adalah pemimpin dan bertanggung jawab pada pendidikan anak. Sehingga jika anak belum melakukan apa yang diperintahkan Allah, berilah contoh. Bangun pagi, sholat berjamaah di mesjid, baca Al Qur’an.
 Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah, terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6)

Di dalam buku berjudul, “Tragedy & Hope”, orang-orang Barat menyadari bahwa mereka hebat dalam menciptakan anak yang pintar tetapi mereka menyadari belum tahu bagaimana menjadikan anak mandiri dan bertanggungjawab.
Pendidikan dalam Islam, salah satunya mengajarkan anak untuk mandiri dan bertanggungjawab.
Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20/2003.
Menurut UU, tujuan pendidikan nasional:
Mengembangkan peserta didik yang beriman,  bertakwa,  berakhlak mulia,  sehat,  berilmu,  kreatif,  mandiri,  dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab. 
Beriman berada di urutan pertama, sehingga seharusnya, pendidikan haruslah melahirkan anak-anak yang beriman dan berakhlak. Sayangnya, masih banyak diantara orangtua yang masih lebih mementingkan nilai dibandingkan akhlak anak.
Sehingga...
Luruskan niat.  Memasukkan anak ke BS (dalam hal ini As Syifa) bukan supaya mudah masuk PT negeri seperti Unpad tetapi meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Tujuan pendidikan menurut pakar:
- Menanamkan sikap adab kepada anak didik disebut dengan ta'dib.
- To be a good man not to be a good citizen. Menjadi orang baik lebih tinggi tingkatannya lebih tinggi. 
Di Barat, boleh minum minuman keras asal tidak mabuk.  Sementara dalam Islam,  minum minuman keras,  mau dimanapun,  ganggu atau tidak ganggu orang lain,  tetap haram. Karena tujuannya adalah membentuk pribadi yang baik bukan sekadar warga negara yang baik.   

Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran,  pendidik memberikan keteladanan.
Stakeholder pendidikan:
- Orangtua
- Sekolah
- Masyarakat
Ketika di sebuah masyarakat, misalnya, ada anak SMP merokok atau sering kumpul-kumpul hingga larut malam, masyarakat sekitar harus ikut mengingatkan.
Terkait dengan eljibiti, jika KUHP hanya menilai bahwa korban perkosaan hanya wanita, bagaimana dengan laki-laki yang disodomi. Menurut data, 37% korban perkosaan adalah laki-laki. Untuk itu, jagalah anak-anak, jangan sampai menjadi korban. Mereka yang pernah menjadi korban, disodomi, dibully lalu dibantu, cenderung bisa terjadi SSA (same sex attraction).  

Sinergi Orangtua dan Sekolah
- Bunda asrama juga harus tahu bagaimana perilaku tiap anak. 
- Membuat kesepakatan dan komitmen kedisiplinan antara sekolah dan rumah.  Sehingga tidak terjadi,  di asrama rajin sholat,  di rumah sholat Subuhnya telat. 
- Sekolah sudah membuat aturan, maka orangtua perlu mematuhinya.

Pola komunikasi
- Terkait penggunaan media sosial oleh anak,  tidak boleh ada password yang tidak diketahui orangtua
- Jika diketahui anak melanggar,  misalnya membuka situs porno, berikan punishment. 

Jika terjadi penurunan kualitas ibadah,  apa yang perlu dilakukan?
- Komunikasikan dengan pihak asrama dan sekolah.  Jelaskan bahwa sebelum masuk BS sering shaum sunnah tapi setelah masuk BS, kurang. 
- Orangtua yang 'bawel'  justru baik untuk sekolah,  asal tidak berlebihan.

Catatan:

Ada beberapa yang menggunakan bahasa saya sendiri. Jika terjadi kesalahan, kemungkinan besar sayalah yang salah dalam menuliskannya kembali.