Senin, 01 Januari 2018

Kenapa Menyekolahkan Anak di Boarding School?

Minggu lalu mengantar anakku kembali ke As Syifa.  Seperti biasa,  tiap semester ada kajian parenting untuk orangtua.  Kali ini topiknya tentang "Sinergi Orangtua dan Sekolah dalam Menyukseskan Program-program Siswa" dengan pemateri Dr.  Budi Handrianto.  Beliau dosen yang menekuni bidang pendidikan,  sekaligus orangtua dengan pengalaman menyekolahkan anak di BS. 
Saya tulis rangkumannya.
Semoga bermanfaat khususnya untuk orangtua yang anaknya di pesantren/BS.

Ketika kita memasukkan anak-anak ke pesantren atau boarding school, salah satunya karena keinginan agar mereka menjadi anak-anak yang kuat. Kuat keimanannya, pemahaman Islam-nya sehingga mampu menghadapi tantangan zaman.
"..  Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar. "(An-Nisa’: 9) 

Dalam Islam,  bapak adalah pemimpin dan bertanggung jawab pada pendidikan anak. Sehingga jika anak belum melakukan apa yang diperintahkan Allah, berilah contoh. Bangun pagi, sholat berjamaah di mesjid, baca Al Qur’an.
 Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah, terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6)

Di dalam buku berjudul, “Tragedy & Hope”, orang-orang Barat menyadari bahwa mereka hebat dalam menciptakan anak yang pintar tetapi mereka menyadari belum tahu bagaimana menjadikan anak mandiri dan bertanggungjawab.
Pendidikan dalam Islam, salah satunya mengajarkan anak untuk mandiri dan bertanggungjawab.
Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20/2003.
Menurut UU, tujuan pendidikan nasional:
Mengembangkan peserta didik yang beriman,  bertakwa,  berakhlak mulia,  sehat,  berilmu,  kreatif,  mandiri,  dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab. 
Beriman berada di urutan pertama, sehingga seharusnya, pendidikan haruslah melahirkan anak-anak yang beriman dan berakhlak. Sayangnya, masih banyak diantara orangtua yang masih lebih mementingkan nilai dibandingkan akhlak anak.
Sehingga...
Luruskan niat.  Memasukkan anak ke BS (dalam hal ini As Syifa) bukan supaya mudah masuk PT negeri seperti Unpad tetapi meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Tujuan pendidikan menurut pakar:
- Menanamkan sikap adab kepada anak didik disebut dengan ta'dib.
- To be a good man not to be a good citizen. Menjadi orang baik lebih tinggi tingkatannya lebih tinggi. 
Di Barat, boleh minum minuman keras asal tidak mabuk.  Sementara dalam Islam,  minum minuman keras,  mau dimanapun,  ganggu atau tidak ganggu orang lain,  tetap haram. Karena tujuannya adalah membentuk pribadi yang baik bukan sekadar warga negara yang baik.   

Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran,  pendidik memberikan keteladanan.
Stakeholder pendidikan:
- Orangtua
- Sekolah
- Masyarakat
Ketika di sebuah masyarakat, misalnya, ada anak SMP merokok atau sering kumpul-kumpul hingga larut malam, masyarakat sekitar harus ikut mengingatkan.
Terkait dengan eljibiti, jika KUHP hanya menilai bahwa korban perkosaan hanya wanita, bagaimana dengan laki-laki yang disodomi. Menurut data, 37% korban perkosaan adalah laki-laki. Untuk itu, jagalah anak-anak, jangan sampai menjadi korban. Mereka yang pernah menjadi korban, disodomi, dibully lalu dibantu, cenderung bisa terjadi SSA (same sex attraction).  

Sinergi Orangtua dan Sekolah
- Bunda asrama juga harus tahu bagaimana perilaku tiap anak. 
- Membuat kesepakatan dan komitmen kedisiplinan antara sekolah dan rumah.  Sehingga tidak terjadi,  di asrama rajin sholat,  di rumah sholat Subuhnya telat. 
- Sekolah sudah membuat aturan, maka orangtua perlu mematuhinya.

Pola komunikasi
- Terkait penggunaan media sosial oleh anak,  tidak boleh ada password yang tidak diketahui orangtua
- Jika diketahui anak melanggar,  misalnya membuka situs porno, berikan punishment. 

Jika terjadi penurunan kualitas ibadah,  apa yang perlu dilakukan?
- Komunikasikan dengan pihak asrama dan sekolah.  Jelaskan bahwa sebelum masuk BS sering shaum sunnah tapi setelah masuk BS, kurang. 
- Orangtua yang 'bawel'  justru baik untuk sekolah,  asal tidak berlebihan.

Catatan:

Ada beberapa yang menggunakan bahasa saya sendiri. Jika terjadi kesalahan, kemungkinan besar sayalah yang salah dalam menuliskannya kembali.