Selamat Hari Anak
Nasional!
Semoga anak-anak
Indonesia menjadi anak-anak yang berkarakter baik, sukses dunia akhirat.
Aamiin.
Bicara soal karakter
anak, saya percaya hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tuanya—bagaimana
orang tua mendidik dan berkomunikasi dengan anak-anaknya. Apa yang dialami anak
ketika dewasa, tentu ditentukan oleh bagaimana masa lalunya.
Awal juli lalu saya
berkesempatan mengikutkan puteri saya, Taman Hati, untuk ikut tes STIFIn (lebih
jelas tentang STIFIn, silakan ditanya ke Eyang Google, ya, hehehe). Tak hanya
Taman Hati, saya juga mengikuti mini training yang disampaikan oleh Mas Andhika
Harya, trainer dari STIFIn, dan Mas Reza
Adrianto.
Dari sekian banyak materi
yang sangat menarik yang dipresentasikan
pada hari itu, saya ingin berbagi tentang
tipe-tipe pola asuh orang tua.
Tipe pertama, adalah tipe
orang tua cuek. Orang tua tipe ini, biasanya memiliki responsivitas rendah. Ia
tidak begitu memerhatikan kondisi anak, sedang apa anaknya, siapa teman
mainnya, bagaimana kondisi anaknya, dan sebagainya. Boleh dibilang, ia tidak
memedulikan anak-anaknya. Mereka mau apa saja, terserah. Komunikasi dengan anak
pun jarang. Di sisi lain, ia juga tidak menuntut banyak dari anaknya. Mau dapat nilai bagus syukur, tidak pun ya
biar saja. Tipe orang tua seperti ini bisa menjadi bom waktu. Saat mereka
kecil, bisa saja belum timbul masalah. Tapi setelah mereka dewasa, anak akan
menjauh dari orang tuanya.
Tipe kedua, permisif
alias sering membolehkan. Boleh dibilang, tipe ini memiliki responsivitas
tinggi. Anak selalu dilayani, dipenuhi
kebutuhannya. Tetapi di sisi lain, tuntutan orang tua terhadap anak rendah. Hal
ini mengakibatkan anak menjadi manja.
Tipe ketiga, otoriter.
Kebalikan dari permisif, orang tua tipe ini memberi tuntutan terlalu tinggi
pada anak, namun tidak melakukan komunikasi dua arah. Kecenderungannya untuk
anak perempuan, menjadi tergantung pada orang tua, dan untuk anak laki-laki
cenderung menjadi agresif.
Sedangkan yang terakhir,
adalah tipe autoritatif. Orang tua tipe ini memiliki responsivitas tinggi namun
tuntutan terhadap anak juga tinggi. Mereka menerima dan melibatkan anak-anak,
dan tentu melakukan komunikasi dua arah. Meski mendapat tuntutan namun anak
melakukannya dengan nyaman dan penuh semangat.
Nah, bagaimana dengan kita? Masuk ke tipe parenting manakah?
Jika kita termasuk tipe
autoritatif, SELAMAT! Besar kemungkinan, ketika dewasa, anak memiliki motivasi
untuk maju.
Alhamdulillah, setelah
mengisi daftar pertanyaan, kami termasuk orang tua autoritatif. Tentu kami
harus terus belajar dan memahami kesalaham-kesalahan yang selama ini kami
lakukan.
Semoga, kita bisa menjadi
orang tua yang menjadi kesayangan anak-anak kita...
(Seputar pola asuh, juga dapat dibaca di buku Pengantar Psikologi, karya Atkinson (1987).