Sebagai penulis non fiksi, saya selalu membuat
outline terlebih dulu, sebelum memulai menulis. Outline itu adalah rancangan
yang akan membantu kita untuk menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat dan
akhirnya bab demi bab.
Di dalam outline tersebut, biasanya saya awali dengan
memberikan deskripsi seperti apa sih calon buku saya itu.; siapa pembacanya,
bagaimana cara saya berbicara dengan pembaca melalui tulisan, dan sebagainya.
Melalui outline saya juga memberi gambaran apa yang
akan saya ceritakan dalam setiap bab, siapa nara sumber yang akan saya
wawancarai, buku apa yang akan menjadi referensi, dan sebagainya.
Semakin kuat sebuah outline, semakin mudah kita mengembangkan
calon naskah kita. Jika saat kita mulai ingin menulis naskah dan kita mengalami
kesulitan di lima halaman pertama, cobalah mengecek kembali outline yang sudah
kita buat:
- Apakah kita sudah memberi gambaran seperti apa naskah tersebut?
- Sudahkah jelas, siapa pembaca kita? Psikografi, demografinya? Jika
pembaca yang ingin kita tuju jelas, ini akan berpengaruh dengan bagaimana
cara kita menyampaikannya; apakah santai? Serius? Atau, terkait dengan
panggilan kepada pembaca.
- Bagaimana memulai bab-nya? Dengan menggunakan ilustrasi, pengalaman
orang lain, kasus, atau cara lain?
- Rincian bab per bab. Apa yang akan dibahas di bab 1, bab 2, dan
selanjutnya.
Nah, kalau outline sudah detil, kuat, Insya Allah kita bisa lancar menulis J