Sabtu, 14 November 2015

Dampak Kecanduan Pornografi Pada Anak dan Cara Mencegahnya

(Disarikan dari materi diskusi parenting “Cegah Pornografi, Selamatkan Generasi Emas Indonesia” oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, di Rumah Parenting YKBH, 5 November 2015)

Generasi BLAST (Bored, Lonely, Angry, Stress, Tired) merupakan sasaran bagi kaum perusak. Mereka sangat mudah bersentuhan dengan pornografi, pacaran, narkoba, miras, merokok, masturbasi, LGBT dan seks bebas.

Menurut data dari berita online yang dihimpun oleh Yayasan Kita dan Buah Hati, selama 2014, setidaknya ada 909 kasus yang berkaitan dengan pornografi, 340 kasus diantaranya adalah kasus perkosaan. Ironisnya, gambaran usia pelaku berada di usia produktif; 11-20 tahun!

Untuk menguatkan data tersebut, pada 2014, YKBH pernah melakukan penelitian dengan responden siswa SD kelas 4-6 sebanyak 2.227 anak. Hasilnya, 92% anak pernah mengakses pornografi baik lewat internet maupun tayangan TV dan games. Mereka melihatnya di rumah sebanyak 52%, sisanya di warnet dan rumah teman.

Apa yang Terjadi Jika Anak Kecanduan Pornografi?

Salah satu bagian dari otak kita bernama Prefrontal Cortex (PFC). Bagian ini berfungsi untuk berkonsentrasi, mengendalikan diri, merencanakan sebagai pusat masa depan. Begitu pentingnya PFC namun ia mudah mengalami kerusakan, salah satunya karena NAPZA dan Narkolema (Narkotika lewat mata).

Memang, pada awal anak mengakses pornografi, timbul perasaan jijik, namun sesudahnya, khususnya bagi anak-anak BLAST, mereka akan tertarik dan timbul perasaan senang. Otak lalu akan menyimpan bahawa kegiatan ini membuat senang dan ketika kita membutuhkan rasa senang, otak akan menyuruh untuk mengonsumsinya lagi.

Bagi anak yang kecanduan pornografi, mudah melakukan kegiatan perilaku seks tidak sehat, seperti masturbasi, oral seks, hubungan sejenis, gonta-ganti pasangan dan memperkosa.

Ketika PFC rusak karena anak kecanduan pornografi, inilah yang terjadi:
  • Menurunnya fungsi otak karena terjadi penyempitan korteks
  • Sulit untuk berkonstrasi, memahami benar dan salah, membuat keputusan, mengendalikan diri untuk menunda kepuasan.   

Apa yang dapat kita lakukan sebagai orangtua?
  1. Perkuat iman kepada Allah Swt.
  2. Tingkatkan komunikasi antara orangtua dan anak. Biarkan anak untuk berpikir, memilih dan beri ruang bagi anak untuk membuat keputusan.
  3. Hidup sehat dengan olahrafa
  4. Gunakan gadget/internet dengan bijak.
Terkait dengan games, orangtua perlu mengenal games yang sering dimainkan anak dan lihatlah keamannya. Di media sosial, ajarkan anak untuk tidak memasang foto pribadi, mencantumkan alamat dan no telpon, menulis status tentang suasana hati yang negatif.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar