Biasanya saya selalu mencatat semua
jadwal di kalender; deadline naskah, pekerjaan, meeting, termasuk jadwal kegiatan anak-anak; ulangan,
kegiatan khusus di sekolah, dan khusus Wafa, deadline tulisan untu lomba atau naskah
yang harus dikirim ke penerbit.
Tapi,
entah kenapa, saya lupa mencatat di kalender hari terakhir pengumpulan naskah
yang akan diseleksi untuk mengikuti Konferensi Anak Indonesia 2013. Di hari
terakhir pengumpulan naskah, Wafa tiba-tiba mengingatkan saya!
“Nun,
sekarang kan hari terakhir ngirimin naskah untuk konferensi anak?”
saya
lalu mengecek pengumuman yang kurang lebih sebulan lalu kami gunting dari
harian Kompas.
“Wah,
iya, Kak. Maaf ya, Unun lupa kasih tanggal di kalender,”
“Aku
udah buat kok tulisannya,” Wafa langsung mengambil laptopnya.
Ok,
mumpung masih pagi, tulisan bisa segera diprint, ke sekolah minta tanda tangan
dan cap sekolah …
Sekolah …
Aduh, anak-anak kan sudah
libur sekolah. Jangan-jangan sekolah juga sudah libur! Saya mulai nggak tega
melihat Wafa yang mulai mencari file naskah. Namun, mengingat ini hari pertama
anak-anak libur, kemungkinan sekolah belum libur.
Saya
baru saja ingin menghubungi sekolah, ketika Wafa memanggil saya dengan suara
agak panik.
“Nuuun,
file-nya kok nggak ada?”
“Kakak
simpen di folder apa waktu itu?”
“Di
folder yang buat lomba,”
“Coba
dicari lagi lebih teliti.”
Kami mencari lagi di setiap folder
tapi nihil.
“Nggak ada, Nun. Jangan-jangan lupa
aku simpen,“ Wafa mulai sedih.
Pheew.
“Kalau Kakak ikhlasin aja, gimana?”
usul saya mengingat hari itu hari terakhir pengumpulan naskah. Kalaupun
file-nya ada dan sekolah belum libur, naskah itu harus diantar sendiri ke
Majalah Bobo, sementara hari itu hari kerja…
“Aku bisa ketik ulang, kok. Aku
masih inget apa yang aku tulis,” kata Wafa memelas.
“Ayah bisa anter?”
“Yaa, demi anak…” kata suami saya,
sok cool. Ih!
“Ok, kalau sekolah belum libur,
Kakak masih bisa ikut. Tapi kalau udah libur, Kakak ikhlasin aja, ya. “
Saya lalu menghubungi Wakasek. Dan,
…
“Kak, sekolah belum libur. Kakak
fokus selesain tulisannya, ya. Sejam bisa?”
“Bisa!” kata Wafa yakin.
“Kakak udah ketularan virus Be BOP
Unun,” kata suami saya.
Alhamdulillah, hari itu, naskah dan
berkas yang diperlukan berhasil sampai di Majalah Bobo dengan selamat. Dan
ketika minggu lalu Majalah Bobo menghubungi dan mengabari kalau Wafa terpilih
sebagai delegasi untuk mengikuti Konferensi Anak Indonesia, saya cuma bisa
bilang, Alhamdulillah. Tetap semangat hingga detik deadline terakhir. Kalau
bukan Wafa yang yakin dan ngotot mau ikut, kalau suami tidak bisa mengantar,
kalau sekolah tidak mendukung, Wafa tidak mungkin bisa ikut.
Be BOP: Believe. Optimist.
Positive. J
Wafa keren
BalasHapusseperti bundanya
*Gak mau kalah ah sama Wafa*
Semangat! :)
Ah, Tante Miyo. Bundanya batuk2 nih, :p Makasih ya Tante, untuk supportnya selama ini. Semangaaat :)
Hapus