Kamis, 06 Februari 2014

Ketidakjujuran Bernama Titip Absen

“Eh, gue titip absen, ya.”

Kalimat ini biasa kita dengar dari mahasiswa, terutama di kampus-kampus yang masih memberlakukan absen manual; tandatangan di daftar hadir.   

Entahlah. Mungkin buat orang lain, titip absen adalah sesuatu yang lumrah, biasa. Tapi buat saya, titip absen tetap merupakan sebuah ketidakjujuran.

Mungkin, ada teman yang berpendapat, “gue kan kerja. Wajar dong kalau gue nggak masuk dan titip absen. Kalau keseringan nggak masuk, nanti nilai nggak keluar.”

Well, tidak masuk kuliah karena ada pekerjaan tentu wajar. Tapi solusinya bukan titip absen. Buat saya, kuliah sambil bekerja memiliki konsekuensi yang sudah harus dicari solusinya sejak awal. Kalau memang pekerjaan kita benar-benar banyak ke luar kota atau sampai malam, bukankah ada kampus yang menyelenggarakan kelas Sabtu dan Minggu?

Kalaupun sesekali tidak masuk, langsung saja izin ke dosen.  Segala sesuatunya tentu bisa dibicarakan, asal dilakukan di muka. Jangan kebanyakan bolos, tidak memberi tahu, tapi ketika menjelang UAS, memohon pada dosen agar memberi keringanan.

Mungkin ini terdengar sepele. Titip absen doang. Nggak merugikan siapapun. Tapi rasanya, jika dari hal yang kecil, apalagi dilakukan di tempat kita menuntut ilmu, kita sudah melakukan hal yang tidak jujur, saya khawatir hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan untuk berlaku tidak jujur.


Semoga kita bisa terus saling memperbaiki diri. Khusus untuk soal absen, sebaiknya kampus saat ini sudah difasilitasi dengan absen online, bukan manual yang bisa dipalsukan oleh orang lain. 

2 komentar:

  1. Semoga makin banyak yg memanfaatkan teknologi ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai, Mbak. Terima kasih sudah mampir, ya. Iya, sebaiknya begitu :)

      Hapus