Tulisan ini pernah dimuat di rubrik "Buah Hati" Republika, Selasa, 15 Januari 2013.
Semoga bermanfaat :)
Ketika Adik Cemburu
Aprilina Prastari
“Ih,
tulisan Kakak jelek!” kata Taman Hati, puteri kami yang kedua, setelah membaca
cerita pendek yang ditulis kakaknya, Wafa Auliya. Wafa memang senang menulis.
Beberapa kali ia memenangkan lomba menulis dan beberapa karyanya diterbikan
dalam bentuk buku.
Awalnya, saya
menganggap itu hanya keisengan Taman Hati. Mereka memang suka saling bercanda
dan meledek tapi masih dalam batas-batas wajar. Namun sepertinya saya salah.
Ungkapan itu bukan sekadar lelucon tapi tanda ia sedang cemburu. Itu bisa saya
rasakan ketika di lain waktu, ia mengungkapkannya dalam bahasa yang berbeda.
Saat itu, saya khusyuk
memantau pengumuman lomba menulis untuk anak. Kurang lebih sebulan sebelum
pengumuman itu, Wafa mengirim karyanya untuk diikutsertakan. Ketika melihat
nama Wafa masuk dalam dua puluh karya terbaik dan akan dibukukan, spontan saya
melonjak gembira. Segera saya kabarkan pada suami dan Wafa yang kebetulan ada
di ruang tengah. Kami pun mengucap syukur dan begitu senang. Meski tidak
menjadi juara pertama, tapi masuk sebagai salah satu karya terbaik, sudah cukup
membanggakan kami. Kami semua senang dan gembira hingga kami lupa, di pojok
tempat tidur, Taman Hati hanya diam memerhatikan kami.
Saya lalu memberi
isyarat pada suami agar diam dan tidak menunjukkan kegembiraan berlebihan. Saya
dekati dia dan meledaklah tangisnya.
“Aku enggak hebat kaya
Kakak. Kakak sering ikut lomba. Piala Kakak banyak. Pialaku cuma satu,” ia
menangis terisak dalam pelukan saya.
Saya terdiam. Sungguh,
saya merasa bersalah. Bagaimana mungkin
saya lupa kalau lomba menulis itu juga diikuti oleh Taman Hati. Mengapa saya
hanya fokus mencari nama Wafa dan begitu yakin kalau nama Taman Hati tidak
memiliki kesempatan untuk tampil di deretan nama pemenang. Betapa saya tidak
adil padanya!
Memang, sejauh ini
saya belum melihat Taman Hati memiliki ketertarikan yang serius pada dunia
kepenulisan. Mungkin saya yang belum dapat melihatnya atau memang bukan di
bidang itu, kelebihan yang dimilikinya. Di sisi lain, Taman Hati berbeda dengan
Wafa yang senang mengikuti banyak kegiatan dan tertantang untuk mengerjakan
sesuatu yang baru.
Taman Hati masih
menangis ketika saya memeluknya erat.
“Ade tau enggak apa yang
bikin Ayah dan Bunda bangga sama Ade?” tanya saya akhirnya.
Ia menggeleng. Air
matanya masih menetes tapi tangisnya sudah mereda.
“Sejak masih di perut
Bunda, Ade makannya pinter. Ade juga lucu, selalu bikin Ayah-Bunda ketawa, dan baik
sama temen. Makanya temennya Ade banyak, kan?” ucap saya dengan suara tercekat.
Ia mengangguk pelan.
Sungguh, bukan hal
yang mudah memiliki dua anak dengan kondisi yang dapat menimbulkan kecemburuan
di satu pihak; kakak berprestasi dan adik biasa saja. Tentu kami berusaha
semaksimal mungkin menggali potensi puteri kedua kami meski tidak akan
memaksakannya untuk selalu tampil menonjol jika memang ia tak nyaman. Namun,
sikap cemburunya mengajarkan kami untuk berhati-hati agar tidak terlalu
menampakkan kesenangan yang berlebihan ketika Wafa memenangkan lomba tertentu
dan menanamkan pada diri Taman Hati bahwa anak yang hebat bukan karena sering
memenangkan lomba dan mendapat banyak piala, tapi anak yang selalu berusaha
menyenangkan hati orang tuanya, rendah hati, ramah pada siapa saja, seperti
yang selama ini ia lakukan.
“Bunda minta maaf ya,
kalo Ade merasa Bunda nggak adil sama Ade. Nanti kalo ada lomba lagi, Ade ikut,
ya.”
Taman mengangguk.
“Emang Ade mau ikut lomba apa sih?” pancing saya.
“Lomba mewarnai,
menggambar, masak, ... pokoknya semua,” katanya dengan suara terbata-bata.
Saya tersenyum dan
mengangguk. Semoga saya dan suami bisa menggali kehebatan yang sudah Allah
titipkan dalam dirinya ....
Pondok Gede, 22
Desember 2012
Untuk kedua puteriku
yang luar biasa ...
Ini lhoo yang namanya Taman Hati :)
Ih, Taman Hati jadi terkenaaall....
BalasHapusJujur, Tante ngefansnya sama Taman Hati, boleh ya :D
Tahu gak kenapa? karena pipinya Taman lebih gembil, eh salah ding, wkwk, karena Taman mengingatkan Tante sama ponakannya Tante, namanya Putri. Sifat dan karakternya mirip banget sama Taman, banget banget. Makanya, pas Tante baca ini jadinya ketawa sendiri.
Taman, aku padamuuu :D
Kakak Wafa, selamat ya!! Keren semua deh!! hehehe ^__^
HapusHihihihi... Tante Miyoo... Taman jadi malu niih... Nanti Taman bawain donat deh :D
Makasih ya Tante, udah mampiiir
Salam untuk Puteri ya, Tante